Iklan

terkini

Surat Cinta Abdullah Vanath, Wakil Gubernur Maluku, untuk Anak Negeri

Jumat 22 2025, 8/22/2025 WIB Last Updated 2025-08-22T05:27:18Z

 


Kompasmaluku.co.id, -Ambon- Di tengah kesibukan pemerintahan, Jumat (22/8/2025), Wakil Gubernur Maluku, H. Abdullah Vanath, menyempatkan diri menulis sesuatu yang berbeda. Bukan instruksi birokrasi, bukan pula laporan pembangunan. Ia menorehkan sepucuk surat cinta—bukan untuk seorang kekasih, melainkan untuk anak-anak negeri yang ia sebut sebagai “anak-anak matahari”.


Dalam suratnya, Abdullah tidak berbicara soal angka pembangunan atau deretan program pemerintah. Ia memilih bahasa hati. Ia menulis tentang Maluku sebagai rumah bersama, rumah yang hanya bisa kokoh bila dijaga dengan cinta dan persaudaraan.


“Maluku bukan sekadar gugusan pulau atau laut biru. Ia adalah rumah kita bersama,” tulisnya.


Surat itu seketika menghadirkan kembali memori pahit 1999. Tahun ketika tanah ini dilanda konflik, rumah-rumah terbakar, dan senyum anak-anak Maluku tenggelam oleh duka. Abdullah mengingatkan, luka itu masih terasa hingga kini. Tetapi dari luka itulah, kata dia, orang Maluku belajar bahwa perang tak pernah mulia, dan persaudaraan adalah harta paling berharga.


“Jangan biarkan api itu kembali menyala. Jangan wariskan luka kepada generasi setelahmu. Wariskanlah cinta, wariskanlah persaudaraan, wariskanlah Maluku yang teduh,” pesannya.


Kalimat-kalimat dalam surat itu tak sekadar ajakan. Ia terasa seperti bisikan seorang ayah kepada anak-anaknya. Abdullah menegaskan kembali identitas orang Maluku sebagai orang basudara. Bagi dia, perbedaan agama, suku, atau kampung hanyalah warna yang memperkaya. “Bila satu terluka, semua ikut merasakan. Bila satu bahagia, seluruh negeri ikut tersenyum,” tulisnya.


Surat cinta itu ditutup dengan sebuah penegasan sederhana: cintailah Maluku dengan hati yang tulus, karena Maluku adalah cinta terbesar yang dimiliki bersama.


Di tengah riuhnya politik dan kepentingan, sepucuk surat ini hadir seperti pelukan hangat. Sebuah pengingat, bahwa di atas segalanya, Maluku adalah rumah—dan rumah hanya bisa berdiri jika anak-anaknya setia menjaga damai. (***)



Komentar

Tampilkan

Terkini