KompasMaluku.coid, Ambon – Riuh tabuhan tifa berpadu dengan sorak sorai warga yang memenuhi ruas jalan utama Kota Ambon, Senin (18/8). Suasana berubah menjadi lautan warna ketika ratusan peserta karnaval budaya melintas, membawa beragam busana adat, tarian, serta atraksi seni dari seluruh penjuru Maluku. Semua berpadu di bawah monumen ikonik Gong Perdamaian Dunia, menandai perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Provinsi Maluku.
Karnaval ini bukan sekadar parade, melainkan sebuah perayaan identitas. Dari kain tenun yang menghiasi tubuh para penari, hingga gerak langkah yang sarat makna, setiap penampilan menjadi pengingat bahwa Maluku adalah rumah dari beragam tradisi yang masih hidup hingga kini.
Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, yang hadir langsung dalam acara itu menegaskan bahwa momentum HUT ke-80 adalah kesempatan untuk merayakan sekaligus memperkuat persatuan. “Karnaval budaya ini bukan hanya hiburan, tetapi juga ruang untuk memperlihatkan jati diri dan kekayaan tradisi Maluku. Di usia ke-80, kita ingin menegaskan kembali bahwa Maluku memiliki warisan budaya sekaligus potensi ekonomi yang dapat menjadi daya saing,” ujarnya.
Warga Ambon tumpah ruah di jalan, berdiri di sisi trotoar, ada pula yang membawa anak kecil di pundak hanya demi melihat lebih jelas rangkaian penampilan. Tawa, tepuk tangan, dan kamera ponsel yang tak henti diangkat menandai tingginya antusiasme masyarakat.
Tak hanya budaya, pesta rakyat ini juga membuka ruang bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta pasar murah yang digelar di sekitar arena. Kehadiran mereka menambah warna perayaan, menghadirkan suasana pasar rakyat di tengah riuhnya karnaval.
Karnaval budaya di Ambon ini menjadi potret bagaimana Maluku merayakan usianya yang ke-80 dengan cara yang tak biasa: menampilkan jati diri, merawat ingatan, sekaligus membangun harapan untuk masa depan. Dalam setiap langkah penari, dalam setiap dentuman tifa, tersimpan pesan bahwa Maluku adalah tanah yang kaya, tidak hanya akan budaya, tetapi juga semangat persatuan warganya. (***)


